Pages

May 30, 2011

Piala Sudirman - Gagal Juara, Indonesia Ambil Positifnya






Qingdao - Indonesia gagal mengukir prestasi di Piala Sudirman 2011. Namun tetap ada hal positif yang bisa dipetik dari perjuangan tim Merah Putih di kejuaraan yang berlangsung di Qingdao, China tersebut.

Perjalanan Indonesia di Piala Sudirman 2011 hanya sampai semifinal usai dihentikan Denmark, Sabtu (28/5/2011) malam WIB. Ini berarti Indonesia masih belum berhasil "membawa pulang" Piala Sudirman yang sudah sekitar dua dasawarsa menjadi milik negara lain.

Meski kalah, namun tetap ada hal positif yang bisa dipetik dari perjuangan pasukan Merah Putih di Qingdao.

"Kami datang dengan kekuatan pemain-pemain yang masih sangat muda karena beberapa pemain bintang kami cedera. Saya pikir pemain muda dalam tim telah mendapat keuntungan dengan bermain di turnamen berkualitas tinggi seperti ini, di mana mereka bisa langsung merasakan bagaimana menghadapi pemain terbaik dunia," kata pelatih Christian Hadinata seperti dikutip dari situs resmi Federasi Badminton Dunia (BWF), Minggu (29/5/2011) malam WIB.

Di Piala Sudirman 2011, Indonesia tidak diperkuat para pemain senior seperti Taufik Hidayat, ganda Markis Kido/Hendra Setiawan, dan Liliyana Natsir.

"Kami sendiri tak menetapkan target sebelum berangkat ke China. Kami hanya ingin melakukan yang terbaik semampu kami dan kami gembira karena bisa menjaga rekor Indonesia yang selalu tampil di semifinal Piala Sudirman dalam 12 edisi," kata Hadinata.

Ia juga berharap bahwa para pemain senior itu akan kembali memperkuat Indonesia di kejuaraan-kejuaraan mendatang. "Tidak ada alasan bagi mereka untuk tak kembali ke tim nasional. Saya yakin mereka akan kembali setelah pulih dari cedera yang mereka alami," pungkas Hadinata.

May 29, 2011

Piala Sudirman Belum Pulang Lagi ke Indonesia

Jakarta - Kekalahan atas Denmark membuat Indonesia memperpanjang puasa gelar Piala Sudirman. Setelah jadi kampiun di edisi pertama, tak pernah lagi lambang supremasi bulutangkis beregu campuran itu dibawa ke tanah air.

Sabtu (28/5/2011) malam WIB Indonesia dipaksa mengakui keunggulan Denmark di babak semifinal Piala Sudirman. Sempat tertinggal lebih dulu 0-2, pasukan 'Merah Putih' takluk dengan skor 1-3.

Hasil tersebut membuat Indonesia kembali harus menunggu lebih lama untuk bisa meraih titel kejuraan dunia beregu paling bergengsi tersebut. Dari 11 edisi yang sudah digelar Indonesia baru sekali jadi kampiun.

Momen indah jadi juara tersebut sudah lama sekali terjadi, yakni pada edisi pertama penyelenggaraan Piala Sudirman tahun 1989. Saat itu di Jakarta Indonesia menang 3-2 atas Korea Selatan.

Setelah itu tim bulutangkis Indonesia selalu gagal mengangkat piala berbetuk replika Candi Borobudur tersebut. Justru China yang mendominasi dengan kini telah memenangi tujuh gelar dan disusul Korea yang berhasil tiga kali jadi juara.

Di tahun 1991 dan 1993 Korea berhasil membalaskan kekalahan atas Indonesia di final dengan skor 3-2. Sementara di tahun 1995 China menghantam Indonesia dengan skor telak 3-0.

Pada dua edisi berikutnya, 1997 dan 1999, Indonesia cuma bisa melangkah sampai ke semifinal.

Di Sevilla, Spanyol, pada tahun 2001 Indonesia kembali masuk final, meski kembali harus takluk atas China dengan 1-3. China kemudian jadi momok besar buat Indonesia karena di tahun 2005 dan 2007 kembali mengandaskan pasukan Merah Putih di final.

Kiprah Indonesia di Piala Sudirman
1989 Juara
1991 Finalis
1993 Finalis
1995 Finalis
1997 Semifinalis
1999 Semifinalis
2001 Finalis
2003 Semifinalis
2005 Finalis
2007 Finalis
2009 Semifinalis
2011 Semifinalis

Piala Sudirman 2011 - Semifinal Adalah Hasil Maksimal

QINGDAO, Kompas.com - Pelatih Indonesia, Christian Hadinata mengatakan, hasil yang dicapai tim Indonesia masuk semifinal Piala Sudirman sudah maksimal.   
"Ini hasil maksimal kami pada saat beberapa pemain kami mengalami cedera dan tidak ikut ke sini," katanya usai pertandingan melawan Denmark di Qingdao Sport Center Gymnasium Qingdao, China, Sabtu malam.   
Menurut dia, di saat tim Indonesia tidak tampil dengan kekuatan penuh tetapi bisa masuk babak semifinal sudah merupakan hasil yang bagus. Indonesia tdiak diperkuat beberapa pemian utama yang cedera seperti Sony Dwi Kuncoro, Markis Kido/Hendra Setiawan serta Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad.   
Manajer Tim Indonesia, Hadi Nazri mengatakan, untuk membangun tim perlu kesabaran dan keuletan hingga akhirnya Indonesia bisa melangkah ke babak empat besar. Ia mengatakan, hasil yang dicapai tim akan diambil manfaatnya untuk pembinaan atlet bulu tangkis nasional, apalagi yang dituju setiap atlet bulu tangkis adalah medali emas Olimpiade.
Menurut dia, dari turnamen ini dirinya menemukan pasangan baru yang berhasil dengan baik, seperti pasangan Alvent Yulianto/Mohammad Ahsan kemudian pasangan baru Fran Kurniawan Teng/Pia Zebadiah. "Saya tetap bangga karena kita masih bisa mendapat angka dari Alvent/Ahsan," katanya

May 28, 2011

B2ST on SUJU Kiss The Radio


















Fran Kurniawan/Pia Zebadiah on Semifinal Sudirman Cup 2011






Semifinal Piala Sudirman - Alvent/Ahsan Kuak Asa Indonesia


JAKARTA, Kompas.com - Ganda putra Alvent Yulianto Chandra/Mohammad Ahsan, menguak harapan Indonesia untuk bertahan di ajang Piala Sudirman. Kerja keras dan permainan sangat impresifnya, membuat mereka menang dua game langsung 23-21, 21-17 atas pasangan terbaik Denmark yang juga nomor satu dunia, Carsten Mogensen/Mathias Boe. Dengan demikian, Indonesia bisa mempertipis ketinggalan menjadi 1-2 di semifinal Piala Sudirman, Sabtu (28/5/11).
Sebelumnya, Denmark membuka skor lewat kemenangan 15-21, 21-11, 21-13 ganda campuran Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen atas Fran Kurniawan Teng/Pia Zebadiah Bernadeth. Setelah itu, giliran tunggal putra Peter Hoeg Gade yang menggandakan keunggulan timnya, setelah menang 21-18, 21-16 atas Simon Santoso, yang membuat Indonesia berada dalam kondisi kritis.

Bermodalkan keunggulan 2-0 berkat kemenangan rekannya di dua partai perdana, membuat Mogensen/Boe bermain sangat percaya diri. Sejak awal, pasangan nomor satu dunia tersebut terus melancarkan serangan, yang membuat terus memimpin jalannya pertandingan hingga 14-11.

Meskipun demikian, Alvent/Ahsan tak patah semangat. Pasangan "dadakan" ini--Alvent biasanya dengan Hendra AG dan Ahsan dengan Bona Septano--berhasil bangkit dan meraih lima poin untuk berbalik unggul 26-14. Tetapi Mogensen/Boe bisa membalikkan situasi itu dan melaju hingga game poin 20-17. Di saat kritis, Alvent/Ahsan bisa bermain lebih tenang dan mengejarnya untuk memaksa deuce, yang dimenangkan dengan 23-21.

Memasuki game kedua, Alvent/Ahsan tetap mempertahankan agresivitas mereka untuk terus memberikan tekanan. Strategi ini berjalan dengan baik, sehingga mereka bisa mengejar ketertinggalan dari 3-5 dan balik memimpin 9-6. Setelah sempat disamakan menjadi 10-10, Alvent/Ahsan kembali menjauh lagi hingga unggul 17-13.

Pertarungan berlangsung kian sengit. Hanya untuk mempertahankan poin, Ahsan bahkan nekat "terbang" untuk menerima bola silang pemberian Boe, yang membuat pasangan Denmark tersebut bisa menambah satu angka. Aksi nekatnya ini membuat Ahsan mengalami rasa sakit di rusuk kanannya, meskipun dia tetap bisa melanjutkan pertandingan. Kerja keras dan semangat pantang menyerah, membuat Alvent/Ahsan bisa mengakhiri laga ini dengan kemenangan 21-17.
Dengan demikian, harapan selanjutnya ada di tunggal putri Adriyanti Firdasari. Tetapi, lagi-lagi rintangan yang sangat berat harus dilaluinya, karena dia akan bertemu pemain nomor 8 dunia Tine Baun, yang unggul 4-1 dalam rekor pertemuan.
Jika Firda menang, maka duel akan dilanjutkan dengan partai kelima yang menjadi penentu, yaitu ganda putri, di mana Greysia Polii/Meiliana Jauhari akan bertemu Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl. Tetapi jika gagal, maka berakhirlah kiprah Indonesia karena Denmark yang melangkah ke final untuk bertemu juara bertahan China.

Piala Sudirman - Li Yongbo: China Tak Pernah Merasa Takut


QINGDAO, Kompas.com - Ambisi China untuk meraih gelar keempat berturut-turut di arena Piala Sudirman, semakin mendekati kenyataan. "Negeri Tirai Bambu" ini tampil menawan untuk menyingkirkan musuh bebuyutannya, Korea Selatan, di semifinal, Sabtu (28/5/11), dengan kemenangan 3-1. China menunggu pemenang Indonesia vs Denmark.
Hasil ini membuat pelatih kepala Li Yongbo senang, karena harapannya agar Lin Dan dan kawan-kawan terus meningkatkan performa, terwujud. Apalagi, lawan berat sudah disingkirkan, yaitu Korea, yang menjadi musuhnya di final 2009.
"Saya mengatakan kepada semua pemain, bahwa kami tidak perlu merasa takut dengan kegagalan, kami tidak perlu takut dengan tim-tim lain, tetapi mereka justru yang seharusnya takut dengan China. Itu bukanlah kami, yang merasa takut," ujar Li, usai kemenangan timnya.
"Kami hanya perlu yakin terhadap diri sendiri dan kerja sama tim," tambah Li, yang terus menikmati kesuksesannya sebagai pelatih kepala China.
China membuka keunggulan lewat ganda campuran Xu Chen/Ma Jin, yang menang 21-23, 21-14, 24-22 atas Ko Sung Hyun/Ha Jung Eun. Kemudian, tunggal putra Lin Dan menang 21-16, 21-10 atas Park Sung Hwan.
Korea sempat menguak asa, ketika Jung Jae Sung/Lee Yong Dae menang 19-21, 21-16, 21-14 atas Cai Yun/Fu Haifeng. Tetapi pada partai keempat, tunggal putri Wang Shixian, yang sempat dibikin malu oleh pemain Jerman Juliane Schenk di penyisihan grup, mengalahkan Bae Youn Joo dengan dua game langsung 21-15, 21-12, sehingga unggul 3-1, yang membuat partai kelima tak perlu dimainkan.
"Secara keseluruhan, ini adalah pertandingan yang bagus bagi fans. Anda bisa melihat kami melakukan pekerjaann dengan baik, terutama di sektor ganda campuran dan ganda putra," ujar Li.

May 26, 2011

Lee Yong Dae moment on Sudirman Cup 2011






Piala Sudirman - Saina Bangga Bisa Permalukan China

QINGDAO, Kompas.com - India gagal melanjutkan kiprahnya di ajang Piala Sudirman. Langkah mereka terhenti di perempat final, karena menyerah 1-3 dari tuan rumah China, dalam pertandingan yang berlangsung di Qingdao, Kamis (26/5/11).

Meskipun gagal, ada kebanggaan tim India karena bisa mencuri satu poin lewat sektor tunggal putri. Saina Nehwal, yang di penyisihan grup kalah dari pemain muda Thailand, Ratchanok Inthanon, berhasil mempermalukan pemain tuan yang menempati peringkat tiga dunia, Wang Xin.
Sangat bagus bahwa saya mengalahkan seorang pemain China di China
-- Saina Nehwal
Superstar India tersebut tak terpengaruh oleh gangguan para suporter China. Dengan mantap, dia melibas Wang Xin yang kesulitan meraih poin, sehingga peringkat empat dunia tersebut menang dua game langsung 21-15, 21-11.

"Sangat bagus bahwa saya mengalahkan seorang pemain China di China," ujar Saina, pemain berusia 21 tahun yang merengkuh gelar pertama Superseries di Indonesia Terbuka 2009--dan mampu mempertahankannya pada tahun lalu.

"China merupakan lawan yang sangat berat bagi kami dan Wang Xin tentu saya seorang pemain yang hebat, sehingga saya berusaha keras untuk melawannya.

"Tetapi saya pikir, tekanan tuan rumah terlalu besar, dan saya bermain dengan sangat baik hari ini."

Saina juga merasa senang bisa membungkam para suporter tuan rumah. "Saya bermain sangat baik dan saya sudah mengalahkan banyak pemain China. Saya tidak takut dengan mereka dan saya hanya berusaha main dengan tenang, tanpa beban."

Para Pemain China yang "Terbuang"

QINGDAO, Kompas.com - Mendengar nama Pi Hongyan, Yao Jie dan Xu Huaiwen, orang pasti berpikir mereka bermain untuk China. Dugaan itu salah, karena nyatanya mereka bermain untuk Perancis, Belanda dan Jerman.
Saya tidak pernah menyesal atas keputusan saya, karena saya tahu saya tidak punya peluang di China
-- Pi Hongyan
Memang, tiga pemain itu lahir di China. Tetapi, mereka "terbuang" dan pindah ke negara lain. Mungkin karena mereka bermain kurang bagus, atau posturnya kurang tinggi, atau mungkin kedua-duanya, sehingga tersisih dan memilih untuk membela negara lain.
Pi (32) yang lahir di kawasan selatan China di kota mega Chongqing, biasanya mewakili China. Tetapi sekarang dia masuk tim nasional Prancis, kendati ia tidak masuk urutan atas di negaranya.
"Setiap kali saya pulang ke China, saya amat gembira karena banyak orang yang mengelu-elukan saya," kata Pi setelah mengalahkan pemain dari Ukraina Larisa Griga 21-11, 21-16 pada Kejuaraan Piala Sudirman yang diadakan di kota pantai Qingdao.
Pi mengatakan, ia merasa "normal" saja bermain untuk Perancis, bukan membela negara kelahirannya.
"Saya tidak pernah menyesal atas keputusan saya, karena saya tahu saya tidak punya peluang di China," katanya.
"Bila saya tinggal di China, mungkin sekarang saya sudah punya bayi dan melakukan pekerjaan lain. Saya kira saya memiliki keberuntungan lain untuk bermain bulu tangkis di Perancis," katanya.
Pendukungnya di Perancis juga menyukai Pi, yang kini jadi penduduk Paris. Pada kejuaraan dunia Agustus tahun lalu di kota Paris, tiket terjual habis karena penontong ingin menyaksikannya bermain di perempat final, ketika ia kandas di tangan rekan senegaranya Wang Xin 21-13, 21-15.
Dengan banyaknya pemain berbakat di China, bila mampu meningkatkan pamor mereka, maka mereka dapat bermain di kejuaraan besar, termasuk Olimpiade, yang jauh dari harapan Pi.
Mereka juga tidak dapat bermain lama, karena China lebih mengutamakan pemain muda ketimbang permain berpengalaman.
"Saya tidak terlalu bagus di China dan tim nasional tidak menginginkan saya. Itulah makanya saya pindah," ujar Pi, yang dapat berbahasa China, Perancis dan Inggris.
Tak cuma Pi. Ada beberapa pemain lain yang nasibnya serupa, seperti Yao Jie, peringkat 17 dunia, yang sekarang berada di Belanda, serta Xu Huaiwen, yang meninggalkan China dan pindah ke Jerman pada 2000.
Xu, yang mundur pada 2009, ditolak tim nasional China karena ia disebutkan terlalu kecil.
Hongkong dan Singapura merupakan tim lain yang mendapat keuntungan dari melimpahnya bakat bulu tangkis di China. Yao Lei, yang lahir di bagian timur China di Provinsi Jiangsu, kini mewakili Singapura.
"Terlalu banyak pemain di China sehingga tidak banyak peluang untuk bertanding," katanya kepada AFP di Piala Sudirman.
Ia mengatakan, rahasia sukses China dalam mendapatkan pemain bagus di bulu tangkis tidak semata-mata karena kemampuan mereka. "Itu semua karena rajin berlatih," katanya.        

Piala Sudirman - Menpora Berharap Indonesia ke Final

JAKARTA, Kompas.com - Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng berharap tim Indonesia bisa masuk babak final Piala Sudirman yang berlangsung di Qingdao Sport Center Gymnasium Qingdao, China.
"Harapan kita bisa masuk final, paling tidak bisa masuk semifinal," katanya ketika ditemui di kantor kepresidenan, Jakarta, Kamis (26/5/11).
Andi menjelaskan, kemenangan 3-2 atas Malaysia dan status sebagai juara Grup B menjadi modal untuk meningkatkan mental para pemain. Menurut dia, para atlet bulu tangkis Indonesia telah bermain dengan baik selama babak penyisihan.
Andi berharap, para pemain tetap bersemangat dan berusaha memberikan yang terbaik bagi bangsa. "Harus digenjot lagi karena pertandingan berikutnya lebih seru dan mungkin lebih ketat," katanya.
Tim Indonesia menundukkan tim tangguh Malaysia 3-2 pada babak penyisihan grup B perebutan Piala Sudirman di Qingdao Sport Center Gymnasium Qingdao, China, Rabu (25/5/11) malam. Dengan keberhasilan ini, Adriyanti Firdasari dan kawan-kawan berhasil tampil sebagai juara grup B karena sebelumnya menang atas Rusia 4-1, sedangkan Malaysia juga lolos ke babak delapan besar dengan posisi sebagai "runner-up".
Berbekal kemenangan itu, tim Indonesia akan menghadapi Jepang pada babak perempat final. Berdasarkan hasil undian yang digelar setelah selesainya babak penyisihan grup, Kamis dini hari waktu setempat, Indonesia sebagai juara Grup B masuk unggulan kedua melawan Jepang (runner-up Grup A).
Sementara itu, China yang menjadi juara Grup A bertemu India (runner up Grup C), kemudian unggulan ketiga Korea Selatan (juara grup D) bertemu Malaysia (runner up grup B), sedangkan unggulan keempat Taiwan (juara Grup C)  bertemu Denmark (runner up Grup D).        

Piala Sudirman - China Bertemu Korea di Semifinal

QONGDAO, Kompas.com - Tim bulu tangkis Korea Selatan menantang China di semifinal Piala Sudirman. Duel ini tak terhindarkan, setelah mereka sama-sama menggilas lawannya di perempat final, Kamis (26/5/11), di Qingdao Sport Center Gymnasium Qingdao, China.
Korea dengan susah payah menyingkirkan Malaysia sebelum menang 3-2. China pun harus kehilangan satu poin ketika melawan India, sebelum menang 3-1.
Korea unggul 1-0 atas Malaysia melalui partai pertama yang memainkan ganda campuran. Pasangan Ko Sung Hyun/Ha Jung Eun mengalahkan Koo Kean Keat/Chin Eei Hui dengan angka 21-17, 21-17 dalam waktu 29 menit.
Malaysia berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1 ketika pebulu tangkis peringkat satu dunia, Lee Chong Wei mengalahkan Park Sung Hwan dengan dua game langsung, 21-18, 21-14 dalam waktu 36 menit.
Setelah itu, Malaysia menambah poin lewat ganda putra. Pasangan Tan Boon Heong/Hoon Thien How secara mengejutkan menaklukkan Jung Jae Sung/Lee Yong Dae dengan 21-15, 14-21, 21-14 dalam waktu 59 menit.
Namun setelah itu, Korea meraih dua angka terakhir. Mereka menyamakan kedudukan menjadi 2-2 setelah tunggal putrinya Bae Youn Joo mengalahkan Tee Jing Yi dengan angka 21-11, 21-11 dalam waktu 27 menit.
Pada partai terakhir yang memainkan nomor ganda putri, Malaysia sempat menguak asa untuk lolos ketika Chin Eei Hui/Wong Pei Tty menang 21-19 atas Ha Jung Eun/Kim Min Jung. Tetapi pada dua game terakhir, pasangan Korea itu menang 21-16, 21-10.
Tunggal putri China kalah lagi
Pada partai lain, tuan rumah China yang menjadi favorit juara, diprediksi bakal menang mudah. Tetapi, India bisa mencuri satu poin lewat tunggal putri ketika Saina Nehwal menang 21-15, 21-11 atas Wang Xin.
China membuka skor lewat kemenangan ganda putra Cai Yun/Fu Haifeng, yang menang 21-15, 21-14 atas Thomas Sanave/Rupesh Kumar. Kemudian, Saina membuat skor menjadi 1-1.
Di partai ketiga, giliran Lin Dan yang membuat China unggul 2-1. Pemain peringkat dua dunia ini tak kesulitan menaklukkan Kashyap Parupalli dengan 21-14, 21-14.
Ganda putri China, Wang Xiaoli/Yu Yang, menjadi penentu tim yang sudah tujuh kali merebut piala dunia bulu tangkis beregu campuran itu. Mereka dengan mudah menang 21-8, 21-13 atas Jwala Gutta/Ashwini Ponnappa.
Pelatih Kepala China, Li Yongbo, mengaku terkejut dengan hasil itu karena perkiraan semula, timnya akan menang dengan angka 3-0.
"Saina mainnya lebih bagus dari penampilan sebelumnya, sedangkan taktik dan strategi Wang Xin tidak jalan," kata Yongbo yang mantan pebulu tangkis ganda putra China (berpasangan dengan Tian Bingyi) tersebut.
Di semifinal, China bertemu Korea. Ini merupakan dua tim yang sama-sama pernah merebut piala dunia bulu tangkis beregu campuran yang dihelat sejak 1989.